Tanpa membuang waktu, mereka mulai menyusuri reruntuhan kota tua tersebut. Bangunan-bangunan besar yang sudah tertutup lumut dan akar menjulang tinggi di sekitar mereka. Jalanan yang dulunya megah kini dipenuhi bebatuan runtuh dan tanaman liar.
"Kita harus menemukan petunjuk tentang Cahaya Penjaga," kata Hanif sambil melihat sekeliling.
Tiba-tiba, mereka mendengar suara langkah cepat di belakang mereka. Semua menoleh dengan waspada. Dari bayangan reruntuhan, muncul seorang wanita berambut panjang dengan pakaian lusuh tetapi matanya penuh ketakutan.
"Tolong... bantu aku," katanya dengan suara gemetar.
"Siapa kamu?" tanya Andrean curiga.
"Aku Laira, penjaga terakhir kota ini. Jika kalian mencari Cahaya Penjaga, aku tahu di mana menemukannya, tapi kita tidak punya banyak waktu. Makhluk penjaga dunia ini akan segera datang!"
Tanpa berpikir panjang, mereka mengikuti Laira menuju sebuah kuil besar di tengah kota. Namun, baru beberapa langkah, suara geraman menggelegar di belakang mereka. Sesosok makhluk besar dengan kulit hitam pekat, mata merah menyala, dan taring tajam muncul dari balik reruntuhan.
"Lari!" teriak Laira.
Kelima sahabat itu langsung berlari sekencang mungkin, melewati lorong-lorong sempit dan puing-puing runtuh. Dengan jantung berdebar kencang, mereka tahu bahwa waktu mereka semakin menipis, dan mereka harus menemukan Cahaya Penjaga sebelum semuanya terlambat...
PERTARUNGAN TERAKHIR
Saat mereka mencapai kuil, pintu batu besar tertutup rapat. Laira dengan cepat mengukir simbol di permukaan pintu, lalu pintu itu terbuka perlahan. Mereka masuk ke dalam ruangan besar yang dipenuhi cahaya biru berpendar.
Di tengah ruangan, sebuah kristal besar bersinar terang. "Itulah Cahaya Penjaga!" seru Laira.
Namun, sebelum mereka sempat menyentuhnya, makhluk hitam tadi menerobos masuk. Dengan raungan menggelegar, ia menyerang mereka. Candra dan Hanif menghindar ke samping, sementara Ikhsan melemparkan batu untuk mengalihkan perhatian makhluk itu.
"Cepat, sentuh kristalnya!" teriak Laira.
Andrean dan Haqi berlari ke arah kristal. Saat mereka menyentuhnya, cahaya biru menyebar ke seluruh ruangan. Makhluk hitam itu meraung kesakitan sebelum akhirnya menghilang menjadi abu.
Perlahan, cahaya memenuhi seluruh ruangan, dan mereka semua merasa seperti ditarik oleh kekuatan tak terlihat. Dalam sekejap, mereka kembali ke hutan, tepat di tempat mereka memulai perjalanan.
KEMBALI KE DUNIA NYATA
Hutan kembali normal. Suara burung berkicau terdengar lagi, dan matahari bersinar terang di atas mereka. Tidak ada lagi kota tua atau makhluk menyeramkan.
"Kita... kita berhasil?" tanya Haqi masih setengah tak percaya.
Laira mengangguk. "Kalian telah menyelamatkan dunia ini dari kehancuran. Sekarang, pergilah. Rahasia ini harus tetap tersembunyi."
Sebelum mereka sempat berkata apa-apa, Laira menghilang dalam cahaya biru. Mereka saling berpandangan, menyadari bahwa mereka baru saja mengalami petualangan yang tak akan pernah mereka lupakan.
Mereka berjalan kembali ke desa dengan hati penuh kelegaan. Hutan Terlarang kini bukan lagi tempat yang menakutkan, tetapi menyimpan kisah keberanian dan misteri yang hanya mereka yang tahu.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar